AIR MATA CINTA, Menangisi Diri Yang Tak Bisa Menangis

AIR MATA CINTA, Menangisi Diri Yang Tak Bisa Menangis

AIR MATA CINTA, Menangisi Diri Yang Tak Bisa Menangis

AIR MATA CINTA

foto by google.

Musibah terbesar yang menimpa semua mukmin adalah bukan bencana alam, bukan kematian, bukan krisis ekonomi. Musibah terbesar di atas musibah-musibah yang termasuk musibah besar adalah keringnya air mata, dari menangis karena Allah.

Kalau kita menyebut nama Allah, sulit untuk menangis, kita membaca Al Qur’an, sulit untuk menangis, sholat, zikir di dalamnya sulit untuk menangis, melihat tanda-tanda kekuasaan Allah sulit untuk menangis, periksalah kondisi hati kita. Khawatir sedang mengalami qoosil qolbi, sedang mengalami hati yang keras. Karena hati yang mengeras sulit untuk mentafakuri alam semsesta, sulit ketika menghadapi semua itu, sulit untuk mengingat Allah.

Hati keras disebabkan oleh apa?
Hawa nafsu, syetan, dosa-dosa,tabiat-tabiat, juga kecintaan kita terhadap dunia.

Itulah musibah besar manakala kita sudah tak bisa lagi menangis karena Allah.

Ketika semua menangis saat muhasabah, saat beristighfar, bertobat akan dosa-dosa, kog kita nggak menangis? Apa sebabnya?

Tak bisa mengingat dosa-dosa. Dihijab oleh Allah sehingga dia tak bisa lagi menangis, tak bisa bertobat.

Rosululloh pernah bersabda :
“Sesungguhnya Al Qur’an itu diturunkan dengan kesedihan, jika kalian membacanya, maka menangislah, dan jika tidak bisa menangis, maka berpura-puralah untuk menangis.”
(HR. Ibn Majjah)
Pura-pura menangis di sini adalah berusaha atau memaksa diri agar mampu menangis.

Menangis itu adalah perasaan hati. Tak bisa dibuat-buat oleh kita. Tapi ada TIPS dari Imam Ghozali,”Sesungguhnya cara untuk memaksa diri agar bisa menangis adalah dengan menghadirkan rasa sedih di dalam hati.”

Ini memang tak mudah. Nggak mungkin sekali coba langsung tercurah air mata itu. Imam Ghozali melanjutkan,”Manakala kalian belum bisa menangis karena takutnya pada Allah, maka berusahalah untuk bisa menangis.”

Bagaimana usahanya itu? Kumpulkan pikiran kita tentang dosa-dosa kita, kumpulkan pikiran kita tentang kekuasaan-kekuasaan Allah, maka muncullah rasa malu pada Allah, kemudian muncul rasa takut pada Allah, muncul rasa hormat kepada Allah. Muncul rasa tawakkal, muncul rasa harap pada Allah. Rasa itulah yang akan menurunkan air mata kita.

“Jika kalian tak bisa menangis maka berusahalah untuk menangis, kumpulkan semua pikiran kalian, hati kalian fokuskan ada Allah.” Demikian kata Imam Ghozali.

Berusahalah supaya bisa menangis, cari ilmu supaya bisa menangis.

Kalau masih tak bisa menangis, maka tangisilah diri kalian yang tak bisa menangis itu. Karena itu berarti kita berada dalam musibah besar.
Masa’ orang yang sedang berada dalam musibah masih tak bisa menangis?

Maka dari itu bagaimana cara supaya kita jadi orang cengeng (yang mudah merasakan sedih)?

Jadi belajarlah ilmu tauhid gar kita mengenal keagungan Allah, agar kita punya rasa takut dan harap pada-Nya.

Belajar mengenal Allah (tauhid) ini bukan untuk menjadikan kita,orang yang menjauh dari kehidupan sosial, bukan cara untuk menjauh dari kemewahan dan keramaian-keramaian yang menjauhkan diri kita dari Allah, tapi semakin mempelajari sifat-sifat Allah ini, agar kita semakin kenal dan cinta pada-Nya. Inilah yang yang membuat kita melakukan apapun yang Allah mau menjdi lebih ringan karena didasari cinta pada-Nya.

Semakin baik iman maka dia semakin takut, semakin cinta, semakin hormat, semakin malu, semakin bertawakal pada Allah, dan perasaan itu semua membuat kita sering menangis pada Allah.

Paling baik itu orang yang paling banyak nangisnya kepada Allah. Karena apa? Karena takut, karena dia berilmu, dia mengenal Allah, dia mengenal teguran-teguran Allah.

Ketika dia melanggar aturan Allah sedikit saja dia takut sekali Allah tersinggung, takut sekali Allah marah, takut sekali Allah menjauh dari dirinya. Sehingga sedikit saja dia melanggar maka dia bersegara menuju tobatnya. Itu air mata takut pada Allah.

Kemudian air mata cinta pada Allah. Tidaklah seorang mukmin melakukan perbuatan beramal kecuali karena cintanya kepada Allah.

Bayangkan orang yang beramal dengan cinta, tentu tidak akan sedikit-sedikit, tidak akan kecil-kecil, tidak akan asal-asalan.

Jika dia shodaqoh, shodaqoh yang terbaik, jika dia sholat maka ia sholat yang terkhusu’, jika dia shaum maka dia shaum yang terbaik di hadapan Allah. Karena cintanya pada Allah.

Seorang mukmin yang mencintai Allah, maka dia akan mempersembahkan sesuatu yang terbaik dari amalnya. Karena cinta.

Saat dia melakukan amal yang terbaik karena Allah, maka semaksimal mungkin dia pun masih meneteskan airmatanya karena cintanya pada Allah.

“Ya Allah betapa masih jauh yang hamba lakukan ini dari keinginan untuk mendapatkan cinta-Mu. Ibadah hamba masih jelek, shaum hamba maasih jelek, apa yang hamba lakukan belum seberapa dibanding dengan nikmat yang Kau berikan pada hamba. Belum hamba ini melakukan apapun terhadap Engkau. Sehingga alangkah malu hamba ini mengatakan bahwa hamba ini mencintai-Mu ya Allah.”

Ada orang yang menyatakan cinta pada Allah. Kata Allah,”Dia cuma ngomong doank. dia talk only, ngomong cinta doank pada Allah padahal sesungguhnya dia berdusta. Dia tak cinta pada-Ku.”

Ada bukti cinta yang bisa kita persembahkan pada Allah.
“Yang menjadikan mati dan hidup supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalny (ahsanu amala). Dan Dia Maha Perkasa, lagi Maha Pengampun.”
(QS Al Mulk : 2)

Bukti cinta kita pada Allah adalah dengan melakukan banyak amal ibadah, amal sholeh di hadapan Allah.

Semakin cinta, semakin banyak amal sholehnya. Nggak ada istilah santai-santai. Bahkan demi membuktikan cintanya kepada Allah, ada orang yang sanggup terus memaksakan diri untuk melakukan dakwah misalnya, meski dalam keadaan sakit.

Kenapa harus memaksakan diri? Karena ingin dimasukkan dalam golongan orang yang benar dalam jihadnya. Karena ingin dimasukkan dalam golongan orang yang benar dalam sabarnya. Dia ingin dimasukkan ke dalam golongan orang yang dicintai-Nya. Sebab takut kalau Allah tak punya alasan untuk menjatuhkan cinta-Nya kepada diri tersebut. Takut Allah tak punya alasan untuk menjatuhkan perhatian padanya.

“Apakah kalian mengira akan masuk surga sebelum Allah menyaksikan bahwa betul-betul kalian itu sebagai mujahid yang hebat di dalam menegakkan agama Allah, sebelum Allah melihat kalian itu menjadi mujahid-mujahid yang menjihadkan harta dan jiwanya di jalan Allah dan sebelum Allah melihat kalian itu menjadi orang yang shobirin, benar-benar sabar.”
QS Ali Imran : 142

Sabar di dalam melaksanakan aturan-aturan Allah, sabar di dalam menghadapi segala bentuk ujian Allah dan berjihad dengan harta dan jiwanya.

Untuk apa kita lakukan itu? Untuk mendapatkan keridhoan-Nya, cinta-Nya dan surga-Nya.

Mungkinkah orang yang santai-santai mendapatkan surga?
Mungkinkah orang yang santai-santai mendapatkan keridhoan Allah?
Nggak mungkin!

Dalam QS 39 : 11 Allah berfirnan :
“Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama (mukhlisal lahudin)."


Wallahu a’lam bishawab

Catatan Diana
300319

Reff: Kajian Tauhid, Al Hadits dan Al Qur'an