Secara sederhana Kecakapan Antar Personal (KAP) dapat dipahami sebagai seni dalam berkomunikasi tiap individu dengan individu lainnya atau cara berkomunikasi yang efektif.
Cara berkomunikasi efektif ini dipengaruhi antara lain persepsi atau pemahaman terhadap orang yang berbicara dari lapis generasi masing masing. Cara berbicara seseorang juga dipengaruhi kondisi sikap mental yang digolongkan kepada tiga tipe kepribadian yakni Introvert,Ekstrovert, Ambivert.
Lapis generasi yang mayoritas mendominasi saat ini adalah Baby Boomers generasi kelahiran sebelum tahun 1965, lalu Generasi X kelahiran 1965-1980, lalu populasi terbanyak saat ini di dunia termasuk Indonesia adalah Generasi Milenial kelahiran 1980-1996 dan Generasi Z yang lahir setelah Gen Milenial. Disusul Generasi Alpha yang lahir sejak 2010-2011.
Alexis Abramson, seorang ahli dalam pengelompokan generasi mengatakan bahwa perbedaan waktu kelahiran cenderung menghasilkan karakteristik generasi berbeda.
Masa kelahiran memengaruhi sikap, persepsi, nilai-nilai yang diyakini, dan perilaku seseorang.
1. Baby Boomer
Istilah Baby Boomer berasal dari badan resmi pemerintah Amerika Serikat, yakni Biro Sensus AS yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan data dari seluruh AS.
Mereka dinamai demikian karena lonjakan besar kelahiran setelah Perang Dunia II.
Kelompok ini dimulai pada tahun 1946 dan berakhir dengan mereka yang lahir sekitar tahun 1964, ketika angka kelahiran mulai menurun lagi.
Abramson mengatakan, Baby Boomer memiliki karakteristik:
Komitmen tinggi, Mandiri, Kompetitif.
Menurut Abramson, kecenderungan kompetitif pada Baby Boomer kemungkinan disebabkan banyaknya individu yang lahir pada generasi ini, sehingga mereka harus bersaing ketat untuk mendapatkan tempat di masyarakat.
2. Gen X
Lembaga thinktank Resolution Foundation mendefinisikan Gen X sebagai mereka yang lahir antara tahun 1965 dan 1980.
Mereka tumbuh di masa ketika teknologi berkembang pesat, tetapi belum secanggih seperti sekarang ini. Karena itu, generasi ini merasakan pertumbuhan dunia digital dan masih mengalami era kehidupan non-digital, dan memahami pentingnya keduanya.
Abramson menyatakan Gen X berkarakteristik banyak akal, Logis, dan ahli sebagai pemecah masalah.
3. Generasi Y atau Millennials
Millennials merujuk pada mereka yang lahir dari tahun 1980 hingga 1996. Generasi ini sering digambarkan sebagai "pemalas" dan dinilai lebih suka menghabiskan uang yang seharusnya mereka tabung untuk membeli rumah demi jajan es kopi susu. Akan tetapi, menurut Abramson, generasi Millennials juga merupakan generasi pertama yang dapat disebut sebagai digital native. Menurut dia, hal ini membuat Millennials sangat mandiri, karena mereka tidak lagi harus bergantung pada orang lain untuk memecahkan masalah mereka atau mengajari mereka banyak hal, karena mereka memiliki internet untuk itu.
Selain mahir dengan dunia digital, Abramson mengatakan, karakteristik lain Millennials meliputi: Percaya diri diri Rasa ingin tahu Mempertanyakan otoritas Abramson mengatakan, karakteristik Millennials yang tidak takut untuk mempertanyakan otoritas cenderung dianggap buruk oleh beberapa generasi yang lebih tua, yang cenderung tidak melakukan hal tersebut.
4.Gen Z
Menurut Abramson, beberapa karakteristik Gen Z antara lain: Ambisius Digital-native Percaya diri.
Menurut DeVito,2011, pemahaman persepsi menjadi bahagian penting dalam membentuk komunikasi antar individu. Proses pembentukan persepsi antara lain seleksi,organisasi, interpretasi dan evaluasi, memori.
Faktor lain yang mempengaruhi pembentukan persepsi adalah Field of Exprience atau pengalaman informasi seseorang berdasarkan apa yang pernah dialaminya dan Frame Exprience atau berbagai pengalaman yang telah dialami, atau kegiatan/aktivitas/tindakan yang pernah dilakukan, yang memberikan persepsi pada hadirin anda. Baik sebagai pribadi, maupun sebagai kelompok.
Komunikasi Efektif.
Harold Lasswell mendeskripsikan "Communications is Who (pengirim pesan) says What (isi pesan) to Whom (penerima pesan) with what channel
(Media pengirim pesan) and with what effect (respon dari penerima pesan)."
Komunikasi dikatakan berhasil dan berjalan efektif apabila pesan yang dikirimkan oleh pengirim pesan sampai kepada penerima pesan; dan penerima pesan merespon seperti apa yang diharapkan pengirim pesan.
Kita berbicara setiap hari tapi belum tentu berkomunikasi jika isi pembicaraan tidak mengandung pesan atau mengandung pesan tetapi tidak menimbulkan respon dari lawan bicara atau orang yang mendengarnya atau audens kita.
Pastikan ketika kita berbicara penerima pesan dapat menerima pesan dengan baik lalu timbul respon dan terjadi dialog sehingga terbentanglah apa yang disebut komunikasi efektif.
Overload information adalah kondisi seseorang yang mendapatkan informasi terlalu banyak sehingga tidak mendapatkan sedikitpun dari pesan yang diterimanya.
Alo Liliweri dalam DeVito menyatakan hal-hal yang mempengaruhi efektivitas komunikasi antar pribadi adalah sebagai berikut:
Keterbukaan (openness)
Empati (empathy)
Dukungan (supportiveness)
Kesetaraan (equality
Komunikasi Verbal dan Non Verbal.
Komunikasi Verbal: Komunikasi yang menggunakan kata-kata baik dalam bentuk tulisan maupun percakapan. Media yang digunakan adalah bahasa.
Komunikasi melalui media internet maupun komputer tetap termasuk komunikasi verbal karena menggunakan kata-kata dalam bertukar pesan di dalamnya.
Komunikasi Non Verbal: Komunikasi yang menggunakan tindakan-tindakan manusia yang secara sengaja dikirimkan dan diinterpretasikan seperti tujuannya dan memiliki potensi akan adanya umpan balik (feedback) dari penerimanya.
Pada kehidupan sehari-hari komunikasi non-verbal lebih banyak digunakan mengiringi penggunaan komunikasi verbal.
Lambang-lambang yang digunakan pada komunikasi non-verbal: Gesture,Warna, Mimik Wajah, dsb.
Kesan Pertama Dan Respon.
Kesan Pertama (First Impresion) dalam pertemuan menurut Mehrabian (1971) ditimbulkan oleh kata kata atau tulisan (komunikasi verbal), intonasi suara dan bahasa tubuh (komunikasi non verbal).
Dominasi ketiga faktor penimbul kesan pertama ini dibagi dalam Elemen Komunikasi terdiri dari kata kata/tulisan tujuh persen, intonasi suara 38 persen dan bahasa tubuh 55 persen.
Intonasi suara dan bahasa tubuh ternyata mendominasi ketika seseorang melakukan komunikasi menyampaikan pesan yang hanya tujuh persen dari persentase elemen komunikasi. Artinya, sebuah pesan akan tersampaikan dengan baik dan mendapatkan respon lewat kesan pertama yang baik pula jika intonasi suara dan bahasa tubuh dalam posisi sesuai elemen komunikasi.
Teori Johari Window.
Teori ini digagas oleh dua orang psikolog asal Amerika yaitu Joseph Luft dan Harrington Ingham pada 1955.
Teori Johari Window disebut juga teori kesadaran diri mengenai perilaku maupun pikiran yang ada di dalam diri sendiri maupun didalam diri orang lain.
Teori Jendela Johari berkaitan dengan Emotional Intelligence Theory yang berhubungan dengan kesadaran dan perasaan manusia.
•Open Self (daerah terbuka).
Bagian diri ini menyajikan informasi perilaku, sifat, perasaan, sifat, keinginan, motif, dan ide yang diketahui oleh diri kita sendiri dan orang lain.
•Blind Self (daerah buta).
Bagian ini menyajikan hal-hal tentang diri kita yang diketahui oleh orang lain namun tidak diketahui oleh diri kita sendiri.
•Hidden Self (daerah tersembunyi)
Berisi tentang hal-hal yang kita ketahui dari dalam diri kita sendiri dan tidak diketahui oleh orang lain. Bagian ini kita simpan untuk diri sendiri, merupakan rahasia kita, dan kita memilih untuk tidak membaginya kepada orang lain.
•Unknown Self (daerah tidak diketahui)
Bagian ini merupakan aspek dari diri kita yang tidak diketahui baik oleh diri kita sendiri maupun orang lain.
Membuka Diri Teori Johari Window.
Pembukaan diri merupakan dasar bagi hubungan yang sehat antara dua orang.
Semakin seseorang bersikap terbuka kepada orang lain dan akan semakin menyukai orang tersebut, maka semakin membuka dirinya.
Orang yang rela membuka diri kepada orang lain cenderung memiliki sifat-sifat kompeten, terbuka, ekstrovert, fleksibel, adaptif, dan inteligen.
Membuka diri kepada orang lain merupakan dasar relasi yang memungkinkan komunikasi intim baik dengan diri sendiri maupun orang lain. Membuka diri berarti bersikap realistis.
Teori Kulit Bawang
(Penetrasi Sosial)
Teori ini di perkenalkan oleh Irwin Altman dan Dalmas Taylor untuk menjelaskan proses komunikasi sosial.
Altman dan Taylor mengumpamakan manusia seperti bawang merah, dimana lapisan bawang merah diibaratkan seperti kepribadian manusia yang berlapis-lapis.
Jika kita mengupas lapisan luarnya, kita akan terus menemukan lapisan selanjutnya.
Proses Penetrasi Sosial.
1. Kita lebih sering dan lebih cepat akrab dalam hal pertukaran lapisan terluar dari diri kita.
2. Keterbukaan diri (self disclosure– Teori Johari Window) bersifat timbal balik, terutama pada tahap awal suatu hubungan.
3. Penetrasi akan cepat di awal namun akan semakin berkurang ketika semakin masuk ke lapisan yang lebih dalam. Tidak ada istilah “langsung akrab”. Keakraban itu semuanya membutuhkan suatu proses yang panjang.
4. Depenetrasi– ketika suatu hubungan tidak berjalan lancar, maka keduanya akan berusaha semakin menjauh.
Self Awareness.
Tiga Dimensi Self:
1. Self
(Self Concept, Self Awareness, Self Esteem).
a.Self Concept (konsep/identitas diri): berkenaan dengan bagaimana seseorang mengenal dirinya secara konsisten dengan label yang diberikan kepada dirinya.
b.Self Awareness (kesadaran diri): bagaimana membuat konsep diri semakin jelas, agar seseorang dapat bergerak lebih dekat dengan hidupnya dan mewujudkan semua cita-citanya.
c.Self Esteem (harga diri): penerimaan, rasa hormat, kepercayaan dan kepuasan yang ada pada dalam diri sendiri sebagai pribadi yang baik.
2. Self Disclosure (Keterbukaan Diri)
Merupakan tindakan yang sadar maupun di “bawah sadar” untuk mengungkapkan lebih banyak tentang diri sendiri kepada orang lain.
3. Communication Apprehension (Pemahaman terhadap Komunikasi)
Merupakan situasi komunikasi antar personal yang di dalamnya mengandung kecemasan dan ketakutan antar personal.
Ingat: Lima faktor mempengaruhi kualitas komunikasi pribadi yang efektif, yakni:
•Openness (keterbukaan)
•Empathy (empati)
•Supportivenness (dukungan)
•Positivity (positif)
•Equality (kesetaraan).
Motivasi.
Motivasi.
Sukarno (2002) menyatakan motivasi adalah hasrat atau kemauan untuk melakukan tingkat upaya yang tinggi ke arah pencapaian tujuan organisasi.
Hal ini juga berlaku dalam mencapai tujuan atau cita cita yang diinginkan tercapai dengan didasari prinsip utama Teori Motivasi yakni: "Seseorang hanya melakukan suatu kegiatan yang menyenangkannya untuk dilakukan".
Dengan demikian dapat dikatakan Motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan suatu perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar.
Teori Motivasi yang disarankan buat kita untuk studi kepustakaan dan googling antara lain: Teori Kebutuhan (need) Abraham Maslow, Teori Dua Faktor Frederic Herzberg, Teori Prestasi (achievement) David McClland,Teori Penguatan (reinforcement),Teori Harapan (expectancy), Teori Tujuan.
Kepemimpinan.
Maxwell (2011) mendefenisikan kepemimpinan adalah jika seseorang dapat meningkatkan pengaruhnya dalam diri orang lain,mereka bisa memimpin lebih efektif.
Maxwell mengidentifikasi Kepemimpinan dalam lima level: Kepemimpinan adalah Proses (bukan jabatan), Kepemimpinan adalah membangun kepemimpinan antar sesama, Kepemimpinan didasarkan hasil,Kepemimpinan berorientasi pada pemberdayaan,Kepemimpinan adalah mengembangkan organisasi.
Kepemimpinan Transparansi menjadi harapan di abad 22. Tranparansi dalam good governance di mana kepemimpinan transparansi dapat dijamin keberhasilannya jika memberlakukan pengembangan sistem manejemen demi tercapainya sasaran kepemimpinan.
Isran Noor memplot bahwa syarat figur kepemimpinan nasional harus terseleksi secara kompetensi,kapasitas,kredibilitas dan integritas. Hal ini juga berlaku bagi individu yang ingin memajukan diri, mengembangkan ketrampilan misalnya di bidang IT, bermanfaat bagi sekitar termasuk untuk memajukan organisasi yang dianya ada di dalam organisasi dimaksud, di level manapun eksistensinya.
Manejemen Konflik.
Secara harfiah konflik adalah benturan antara dua pihak tengah berjumpa dan bersilang jalan pada suatu titik kejadian yang menyebabkan terjadinya benturan.
Secara umum dapat dikatakan suatu peristiwa yang timbul karena adanya niat berkonflik satu sama lain.
Secara praktis bisa dilihat konflik timbul awalnya karena beda pendapat lantas berniat untuk berkonflik, tabrakan kepentingan kerja, tumpang tindih fungsi dan peran. Jarang sekali adanya konflik pribadi di luaran dipindahkan mereka yang berkonflik ke wilayah kerja organisasi meski tidak tertutup kemungkinan terjadinya hal ini. Peran Pemimpin dan Kepemimpinan dalam organisasi yang memiliki konflik sangat mutlak untuk mengatasinya segera bahkan mengubah konflik menjadi faktor pendorong produktifitas untuk mendekatkan organisasi ke tujuannya.
Frost dan Wilmot (1982) dalam Mulyana (2002) mendefenisikan konflik komunikasi antar personal sebagai perjuangan yang diekspresikan antara sekurangnya dua pihak yang saling bergantung yang mempersepsikan tujuan secara tidak sepadan, imbalan yang langka, gangguan dari pihak lain dalam mencapai tujuan mereka.
Verderber dan Fink (2007) merumuskan 6 kategori konflik komunikasi antar personal: Pseudoconflict, Fact Conflict, Value Conflict, Policy Conflict,Ego Conflict,Meta Conflict.
Strategi Manejemen Konflik Interpersonal (Devito 2007): Menang-Kalah dan Menang-Menang (Win-Lose dan Win Win Strategy), Menghindari dan melayani pertengkaran (avoidance and active fighting strategy), pemaksaan dan berbicara (force and talk strategy), menurunkan atau menaikkan ego (face detracting and face hancing strategy), berbicara secara agresif dan argumentatif (verbal agressiveness and argumentatif).
Tips manajemen konflik antar pribadi: bersikap sportif, tanggungjawab terhadap pemikiran dan perasaan, langsung dan spesifik, bertengkar secara aktif, meredakan ketegangan dengan humor, percaya,sikap terbuka.
Manejemen Waktu.
Proses Perencanaan dan pengendalian secara sadar terhadap waktu yang dihabiskan untuk kegiatan tertentu, terutama untuk meningkatkan efektifitas,efisiensi dan produktifitas.
Strategi ini juga melibatkan tindakan menyeimbangkan berbagai tuntutan kepada seseorang yang berkaitan dengan pekerjaan,kehidupan sosial, keluarga, hobi,minat pribadi dan komitmen dengan keterbatasan waktu.
Sumber KAP][Rizki Fauziah.STMIK Royal Kisaran 2021.
Editor Nurkarim Nehe
Editor Nurkarim Nehe