Jabatan Tantangan dan Amanah

Jabatan Tantangan dan Amanah

Jabatan Tantangan dan Amanah


Suasana menjelang dan sesudah pelantikan Pengurus PWI cabang Sumut 2015-2020 di Hotel Garuda Plaza Medan, Sabtu malam tanggal 30 Januari 2016.
Sabtu malam tanggal 30 Januari 2016 Ketua Umum PWI Pusat Margiono melantik Kepengurusan PWI Cabang Sumatera 2015-2020 di Garuda Plaza Hotel Medan.

Kepengurusan PWI Sumut yang dinakhodai Ketua Hermansyah (Analisa), Sekretaris Edward Thahir (Waspada) dan Bendahara Zul Anwar Marbun ini tercantum nama Nurkarim Nehe sebagai anggota bidang Hukum dan HAM.

Bagiku jabatan merupakan tantangan dan amanah. Khusus dengan jabatan baru ini, meski mengisi posisi anggota bidang;? tidak pernah kuemban. Hukum dan HAM. Tentu menyangkut pembelaan atas wartawan dalam permasalahan hukum terkait dengan tugas tugas jurnalistik.

Dikatakan sebuah tantangan karena jabatan menuntutku untuk belajar dan belajar lebih fokus lagi terutama tentang Kode Etik Jurnalistik dan hukum pidana umum, padahal aku tidak berbasis hukum. Selain itu jabatan "menantang diri" apakah mampu menjalankan amanah yang dibebankan oleh organisasi.

Untuk level propinsi, jabatan anggota bidang Hukum dan HAM PWI cabang Sumut merupakan kedua kalinya kuemban setelah pernah menduduki jabatan Wakil Sekretaris Pengprop PSSI Sumut di masa kepemimpinan Ketua Umum almarhum Drs.H.Risuddin,MSi yang waktu itu juga Bupati Asahan.

Tidak bisa mengelak dari tuntutan organisasi yang selama ini berperan dalam mendidikku di mana jabatan Ketua PWI Perwakilan Kisaran (meliputi Kabupaten Asahan termasuk Kabupaten Batubara sekarang dan Kota Tanjungbalai)? 2005-2008 (tahun 2008 PWI Perwakilan Kisaran dimekarkan jadi PWI Asahan, PWI Tanjungbalai, PWI Batubara) dan periode 2008-2011 pernah kuemban. Ada yang menilaiku sukses menjalankan amanah itu, tidak sedikit yang mengkritisi kepemimpinanku, akan tetapi aku menganggap jabatan itu "mengajari lebih mendalam" bagaimana memimpin sebuah tim dan menyadari bahwa kemampuanku sangat dangkal untuk jabatan dimaksud.

Momen kali ini sangat menantang. Jarak Medan (di mana kedudukan PWI cabang Sumut) dengan Kisaran (domisiliku) sekitar 158 KM. Jarak ini dengan kondisi Jalan Lintas Sumatera yang sempit dan padat tentu mempengaruhi mobilitasku dalam menjalankan tugas anggota Bidang Hukum dan HAM PWI cabang Sumut.

Menjelang prosesi Pelantikan PWI cabang Sumut tersebut di atas, aku berkesempatan mengobrol dengan Atal S Depari Ketua Bidang Daerah PWI Pusat, Hermansyah Ketua PWI Sumut, Sahat Hamonangan R.Panggabean Ketua SIWO PWI Pusat, Azryn Marida anggota Dewan Kehormatan Propinsi PWI Sumut, Sulben Siagian senior PWI Sumut, di Lobby Hotel Garuda Plaza.

"Si Nehe ini banyak kali akalnya. Aku yang menguji nya dalam Uji Kompetensi Wartawan, mulai dari Madya sampai Utama. Mau tak kululuskan, kasihan kali lihat wajahnya. Tapi hebat dia ini?...waktu simulasi UKW Utama dia berperan jadi Pemimpin Redaksi, Anton Panggabean (Redaktur SIB, sekarang anggota Legislatif di Medan-red) salah satu Wakil Pemimpin Redaksi...si Anton pun hebat ya sudah jadi anggota DPRD dia,"ungkap Atal S Depari.

Bah!? Aku lulus Uji Kompetensi Wartawan level Utama karena wajahku mengundang belas kasih?

Hehehehehe kendati itu canda Atal S Depari dengan gaya bicara khas etnis Karo, aku memetiknya dengan kesadaran bahwa kelulusanku menyandang Kompetensi Wartawan Utama Nasional dimaksud menuntutku lebih keras lagi untuk belajar?. Terimakasih bang Atal!

Karena Atal S Depari "membuka memoar", akupun mengungkapkan sekilas peristiwa di meja penguji UKW Utama yang saat itu berlangsung di Swiss Bell Hotel Medan.

Kuperagakan bagaimana "ending" ujian yang kuhadapi di bawah penguji yang sadis, kejam, dan tidak kenal kompromi karena mengedepankan kualitas dan kemampuan peserta ujian.

Saat itu kuusahakan diri setenang mungkin di seberang meja Atal S Depari.

"Saudara Nurkarim Nehe, anda dalam lembaran kerja Perencanaan Berita kukasi nilai 60. Apa tanggapan anda?" tukas Atal S Depari sudah menarik pena di kolom nilai berbentuk garis tegak agak melengkung nyaris seperti huruf C, lalu menghentikan tarikan pena. Tatapannya tajam ke arah mataku.

"Saya akan banding,"jawabku tegas.

"Tahukah anda resiko banding?"sergah Atal S Depari.

"Tahu pak, saya akan dipanggil Dewan Pers, artinya ada kesempatan saya ke Jakarta, bisa saya manfaatkan rekreasi sambil cari berita,"jawabku enteng.

"Anda lulus,"kata Atal S Depari tegas kemudian menurunkan tatapannya dari arah mataku lalu melihat ke kolom nilai dan meneruskan tarikan penanya membentuk angka 80. (nilai di bawah 70 tidak lulus atau harus mengulang, boleh juga banding ke Dewan Pers).

Bagaimana mungkin aku yang bertugas di lapangan sepanjang karirku sebagai wartawan Waspada bisa memerankan tugas seorang Pemimpin Redaksi karena aku tidak pernah bertugas di Keredaksian?

Akan tetapi ujian berat itu bisa kulalui. Aku tak bisa membantah saat Muhammad Thoriq (redaktur Waspada) salah satu peserta ujian dalam kelompokku, menunjukku sebagai Pemimpin Redaksi dan didukung peserta lain termasuk Anton Panggabean (redaktur SIB).

Dalam kondisi atau keadaan apapun ternyata kita harus survive. Terimakasih M.Thoriq, Anton Panggabean dan rekan peserta UKW Utama Angkatan Kedua Medan.

Obrolan di Lobby Hotel Garuda Plaza menjelang pelantikan Pengurus PWI cabang Sumut tersebut di atas semakin menguatkan keyakinan dan kesadaranku bahwa "apa apa yang kita capai hanyalah sebuah lompatan kepada ujian atau tantangan berikutnya yang lebih besar dalam kehidupan".

Minggu siang tanggal 31 Januari 2016 seluruh pengurus PWI cabang Sumut 2015-2016 melaksanakan syukuran di kediaman Ketua Hermansyah, di jalan Bromo Ujung, Medan.

Jangan pernah lupa bersyukur kepadaNYA.