Ya... Sudah cukup lama rumah rumah tua ini berdiri tegap dan tak lekang ditelan jaman.
Loji atau rumah Loji merupakan sebuah istilah yang mengarah pada bangunan yang dibangun oleh orang orang kolonial pada waktu itu.
Di beberapa lokasi di Kisaran, seperti di kawasan Bunut dan di tengah Kota Kisaran, banyak rumah rumah Loji didirikan oleh para Nederlander yang datang ke nusantara termasuk di jantung Kota Kisaran saat ini, sebuah lokasi yang eksotis nan syahdu, berdiri Loji Loji besar yang kini dimiliki PT. BSP yang sedari dulu hingga saat ini, jika kita memasukin kawasan ini, suasana terasa bak di negeri lain.
Ya... Awalnya Loji Loji ini secara Historis didirikan oleh V. Hollandsch Americaansche Plantage Maatschappij N.V. HAPM, tahun 1914 seiring bertambah besarnya perusahaan ini, mereka pun mendirikan Rumah sakit Chatarina Hospital di Tanah Radja Estate (kini RS. Ibu Kita Kartini/KSM)
Pada masa perang Pasifik tahun 1942, tentara Jepang mendarat di Desa Prupuk daerah Batu Bara, Jepang mengambil alih perusahaan perkebunan N.V.HAPM seluruhnya dan mengubah namanya menjadi Noyen Konri Kyoku.
Pada bulan Agustus 1945 setelah Jepang menyerah, perusahaan Noyen Konri diambil alih oleh Pemerintah Negara Republik Indonesia dan mengganti namanya menjadi Perusahaan Perkebunan Negara Republik Indonesia Cabang IV.
Juli 1947 semasa revolusi atau agresi NICA bonceng Belanda, Perusahaan NRI Cabang IV direbut oleh pihak Belanda.
Dan tahun 1957, N.V. HAPM diubah menjadi PT. United States Rubber Sumatera Plantations.
PT. USRSP. tahun 1965 dinasionalisasikan oleh Pemerintah Republik Indonesia hingga 1967 lalu kembali ke PT Uniroyal Sumatera Rubber Plantation dan pada tahun 1985 berganti nama menjadi PT.Uniroyal Sumatra Plantation, tahun 1986 berganti nama menjadi PT United Sumatra Plantations (UNSP) setelah Bakrie & Brothers mengambil alih kepemilikan 75% saham URSP dan tahun 1992 berganti nama menjadi PT.Bakrie Sumatera Plantations (BSP), dan mulai memasuki bisnis kelapa sawit hingga saat ini.
Jika dilihat dari historis perjalanannya, Loji Loji ini menyimpan sejarah kota ini. Penyebarannya juga banyak sekali hingga menjangkau pelosok Asahan,dan dapat dimungkinkan jika dulu nya Asahan merupakan salah satu daerah Primadona oleh bangsa bangsa yang datang dengan bermacam kepentingan.
Ya...walau Loji Loji yang terbangun menyimpan getirnya sebuah peradaban kota ini, biarlah itu menjadi sebuah cerita, cerita dimana tentang kaum pribumi di Asahan ini menerima suka dukanya atas kedatangan para Nederland di bumi Asahan.
Kini Loji Loji yang penuh cerita, penguasaan kepemilikan dikelola PT. BSP yang tetap menjaga dan merawat bangunan bangunan ini.
Biasanya rumah rumah Loji ini identik dengan estetika gaya klasik Eropa yang memiliki dapur terpisah dari rumah induk. Material lebih di dominasi bebatuan baik batu bata dan batu alam serta teknik rumah menggunakan veneering dan marquetry biasanya diterapkan pada furnitur rumah.
Bangunan jarang dibuat bertingkat namun desain cenderung stabil, tradisional, nemiliki teras dan halaman yang ditanami pohon pohon rimbunan yang besar dan mampu memberi kesan nyaman dan memungkinkan objek ini dapat dijadikan kawasan wisata.
Sungguh aduhai saat kita memasuki kawasan rumah rumah Loji di jantung kota Kisaran ini... Penuh dengan keindahan, ketenangan dan pastinya kenyamanan.
Andaikan Pemerintah bisa mensinergikan lokasi ini dengan program Pemerintah yang berbasis lokal wisdom (wisata) yang kita miliki, hal ini dapat menjadikan nilai tambah bagi keberadaan kota berkontribusi ke kas daerah serta kemanfaatan bagi pemegang HGU. Mutualisma.
Patut dipertimbangkan kemungkinan jika dibuat regulasi bagi hasil dengan segala syarat hal ini akan dapat memenambah PAD bagi daerah dan perusahaan inipun memiliki ruang publik yang tepat sasaran dengan pengelolaannya dilakukan oleh kedua belah pihak.
Selain itu tambahan lokasi untuk kantung kantung parkir serta kuliner juga bisa saja digunakan di bekas lahan pekuburan pahlawan. Para pengunjung yang ingin memasukin kawasan objek tersebut harus berjalan kaki.
Ya... Loji... dan Loji yang kokoh ini tak lekang digilas sang waktu walau menyimpan getirnya cerita masa lalu, kesejahteraan, kini menyiratkan harapan baru, meneruskan kebijakan lama dalam hal pelestarian sejarah sekaligus mengaplikasikan kebijakan baru wisata dan ekonomi kreatif.
Sangat langka di tengah sebuah kota jaman saat masih ada sebuah tempat yang sangat nyaman dan tenang nan syahdu. Selain ada pondoknya Wak Labo; turis (turut istri) permanen sejak 1992, di kawasan tersebut dengan segudang tokoh tokoh Asahan yang seliweran bergonta ganti untuk mengunjunginya, kitanya masih bisa merasakan heningnya suasana dengan kesejukan alami,menyaksikan embun yang hinggap di rerumputan serta pepohonan yang hijau seakan meninju ke langit, mendengar suara burung - burung dan pastinya menikmati deru suara semilirnya angin yang menghempas dedaunan...
Ya sungguh syahdu, langka untuk mencari tempat seperti ini...
Tinggal sekarang bagai mana cara pemerintah setempat membuat blueprint serta menjalin kerjasama dengan Pengelola HGU saat ini.
Di kota kota besar juga Loji Loji ini sudah menjadi agenda kewajiban Pemda setempat untuk melestarikannya dalam melindungi cagar budaya agar nilai nilai yang terkandung tetap utuh dan dapat di gunakan oleh masyarakat.
Setelah Masjid Agung Ahmad Bakrie plus alun alun dan taman hutan kota, menyusul kawasan kantor bupati, Kodim dan lainnya, patut heritage loji ini memberi manfaat lebih bagi publik, Pemkab Asahan dan tentu saja pemegang HGU. Kejelian aparatur Pemerintahan sangat dibutuhkan untuk menyentuh dan merealisasikannya.
Jangan lupa, sebuah produk yang dibangun, hanya bisa menemui suksesnya jika pengemasan dan cara promosi dilakukan secara kreatif.
Catatan: Guntur Selo Samudra
Selepas sholat Jumat (19.03.2021)
Mesjid Nurul Yaqin PT. BSPTbk.
SUMBER REFERENSI Silahkan klik ini
Peninggalan HAPM, kantor manejemen perkebunan sekarang PT. BSP Tbk Kisaran, terawat dan tetap menawan. Banyak andil perkebunan ini terhadap perkembangan Kisaran dan sekitarnya.