Organisasi Sekilas

Organisasi Sekilas

Organisasi Sekilas

Bercerita tentang organisasi tentu saja tak lepas dari sumber daya manusia sebagai pendiri sekaligus penggerak organisasi dan atau sebagai orang orang yang digerakkan oleh organisasinya masing masing. 
 

 
Dalam struktur kependudukan Indonesia, berdasarkan Sensus Penduduk 2020, Gen Z dan Milenial yang saat ini memasuki usia produktif, mendominasi struktur kependudukan tentu saja merupakan modal strategis bagi Indonesia untuk mencapai tujuan tujuannya. 

Angka pada September 2020: Gen Z berjumlah 74,93 juta atau 27,94% terhadap total penduduk, Milenial 69,38 juta jiwa (25,87%), selebihnya Gen X 58,65 juta jiwa (21,88%), Baby Boomer 31,01 juta jiwa (11,56%), Post Gen Z 29,17 juta jiwa (10,88%), dan Pre-Boomer 5,03 juta jiwa (1,87%).

Badan Pusat Statistik (BPS), 21 Januari 2021, mengelompokkan populasi Indonesia dalam enam generasi, yaitu Post Generasi Z (Post Gen Z), Generasi Z (Gen Z), Milenial, Generasi X (Gen X), Baby Boomer, dan Pre-Boomer. 

Post Gen Z adalah generasi yang lahir pada 2013 dan seterusnya. Gen Z, generasi yang lahir pada 1997-2012. Mer. Milenial, generasi yang lahir pada 1981-1996. Gen X adalah orang orang yang lahir pada 1965-1980. Baby Boomer, yaitu generasi lahir 1946-1964, Pre-Boomer merupakan generasi yang lahir sebelum 1945. 

Nah, tiap lapis generasi memiliki pengalaman organisasi yang berbeda sebab sudah pasti tujuan organisasi mereka berbeda oleh karena situasi, keadaan, kebutuhan dan kepentingan pada tiap lapis generasi. Akan tetapi organisasi tetap sama di tiap lapis generasi sebagai transportasi sekumpulan orang untuk berangkat ke tujuan bersama. 

Oleh karena kondisi teknologi informasi dewasa ini, Gen Z dan Milenial, sadar atau tidak sadar terdorong memasuki domain organisasi secara digital. Apakah karena profesi yang sama, hobby, aktifitas media sosial, kebutuhan kerja, sosial, keluarga dan kekerabatan. 

Artinya, Gen Z dan Milenial boleh memiliki dunia digital ketika mengembangkan diri dan kelompok dalam sebuah organisasi yang terbentuk alamiah ataupun sengaja, akan tetapi lebih arif meninjau sekilas apa itu organisasi. 

Mengapa harus berorganisasi?

Sekumpulan orang sibuk untuk mendapatkan kekuasaan; apakah di bidang politik,sosial maupun ekonomi, lalu sepakat mendirikan organisasi, wadah bagi mereka untuk berproses dan berjuang mencapai tujuan mereka.

Tidak sedikit organisasi berdiri lalu hilang, kadang terdengar keributan,gejolak, bahkan adu fisik sampai perpecahan dan munculnya dualisme organisasi. Secara umum dapat dipastikan karena organisasi sebagai alat untuk mencapai tujuan bersama; di temgah jalan atau akhirnya menguntungkan sekelompok orang dan merugikan kelompok lainnya dalam organisasi dimaksud,setidaknya ada yang merasa dirugikan.

Sebenarnya itu tidak patut terjadi andai tiap orang menyadari hakekat berorganisasi. Organisasi paling sempurna di muka bumi ini adalah bangunan jiwa raga manusia dan makhluk hidup lainnya. Jadi, alangkah naifnya jika ada sekelompok manusia dalam sebuah organisasi justru terbalik menjauh dari tujuan yang hendak dicapai. 

Boleh dikatakan kegagalan manusia berorganisasi karena tidak mampu bercermin pada diri sendiri yang memiliki prinsip dan Perilaku Organisasi sangat sempurna. Bahkan manusia penyandang disabilitas pun masih tetap memiliki organisasi tubuh yang sempurna dalam mencapai tujuannya. 

Apa Itu Organisasi? 

Organisasi menghimpun orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu yang dalam aktifitasnya berbagi peran dan posisi dalam struktur yang diatur oleh regulasi yang mereka tetapkan. Kegiatan atau proses dalam mencapai tujuan itu dirancang dengan sengaja dan tetap memberi ruang bagi inovasi, improvisasi, gagasan dan kemungkinan kombinasi di antaranya sepanjang mendukung proses pencapaian tujuan. 

Berikut adalah pengertian organisasi menurut para ahli:

1. L.H Haney. 
Organisasi adalah sebuah harmonisasi dari bagian-bagian khusus untuk pencapaian beberapa tujuan bersama.

2. Oliver Sheldon. 
Organisasi adalah proses yang menggabungkan pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh individu atau kelompok dengan menggunakan fasilitas yang diperlukan dalam pengerjaannya, sehingga tugas atau pekerjaan yang dilakukan memberikan hasil terbaik dan efisien. Organisasi membantu dalam pemanfaatan sumber daya secara efisien dengan membagi tugas ke dalam beberapa orang. 

3. C.H. Northcott
Organisasi adalah sebuah pengaturan di mana tugas-tugas diberikan kepada para anggota sehingga mereka berkontribusi secara efektif untuk beberapa tujuan yang lebih jelas.

Tujuan dari organisasi adalah untuk mengkoordinasikan aktivitas dari berbagai individu atau anggota kelompok yang bekerja di dalam organisasi untuk pencapaian tujuan perusahaan.

4. Louis Allen
Organisasi adalah sebuah proses identifikasi dan mengelompokkan pekerjaan yang akan dilakukan dan mengerjakan tanggung jawab dan wewenang serta membangun hubungan untuk sebuah tujuan yang membuat anggota organisasi saling bekerja sama secara efektif dalam mencapai tujuan. Organisasi adalah sebuah instrumen untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. 

5. Spriegel. 
organisasi mengacu pada hubungan antara berbagai faktor yang ada dalam sebuah usaha tertentu. Dari sudut pandang perusahaan secara keseluruhan, organisasi adalah hubungan struktural antara berbagai faktor dalam perusahaan.

6. Koontz and O’Donnell
Organisasi adalah pembentukan hubungan otoritas dengan ketentuan untuk koordinasi di antara mereka, baik secara vertikal maupun horizontal dalam struktur perusahaan. Organisasi merupakan titik koordinasi di antara para pebisnis.

7. Wheeler. 
Organisasi merupakan struktural tugas atau tanggung jawab yang dikerjakan oleh masing-masing personil dari organisasi. Organisasi adalah proses penetapan tugas dan tanggung jawab orang-orang di suatu kelompok atau perusahaan agar tujuan yang ditentukan dapat tercapai.

8. George Terry. 
Organisasi adalah pembentukan hubungan otoritas yang efektif di antara pekerjaan, pekerja, dan tempat kerja yang dipilih agar kelompok dapat bekerja sama secara efisien. Organisasi adalah terciptanya hubungan antar manusia dan pekerjaan sehingga dapat dilaksanakan dengan lebih baik dan efisien.

Secara sederhana organisasi dapat dikatakan memiliki dua konsep, yakni konsep statis dan konsep dinamis.

Di dalam konsep statis, organisasi adalah sekelompok orang yang terikat bersama dalam hubungan formal untuk mencapai tujuan bersama di manar organisasi merupakan sebuah struktur atau jaringan hubungan tertentu.

Dalam konsep dinamis, organisasi adalah sebuah proses dari aktivitas sedang berlangsung. Di sini, organisasi merupakan proses pengorganisasian, aktifitas atau pekerjaan, anggota atau pekerja dan sistem yang berkaitan dengan proses menentukan kegiatan guna mencapai tujuan. 

Organisasi memiliki beberapa karakteristik, yaitu:

Tujuan:
Struktur yang dirancang sedemikian rupa dalam sebuah organisasi adalah sarana dalam pencapaian tujuan bersama. Struktur dirancang berdasarkan tujuan yang jelas, ideal dan efisien sehingga memudahkan kordinasi antar lini dalam menggerakkan kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan dengan baik.

Job Description:
Organisasi memerintahkan kepada para anggota yang berbeda posisi, peran dan fungsi untuk menjalankan tugas secara efisien guna memaksimalkan hasil.

Ada kalanya satu anggota atau pekerja tak mampu menjalankan beberapa fungsi tetapi spesialisasi dalam pekerjaan yang berbeda sangat diperlukan untuk meningkatkan efektivitas seseorang. Selain memberi perintah kerja, organisasi juga membantu membagi pekerjaan kepada tiap individu yang berbeda beda posisi, peran dan fungsinya. 

Job Description atau pembagian tugas di atas menjadi sangat penting bagi sebuah organisasi guna mewujudkan manajemen sehingga memudahkan untuk mencapai tujuan. 

Koordinasi:
Koordinasi merupakan perilaku penting untuk bergeraknya seluruh aktifitas dalam organisasi, mengintegrasikan serta menyelaraskan berbagai kegiatan dan menghindari penundaan pekerjaan. Fungsi fungsi dalam sebuah organisasi tentu saja sangat bergantung kepada satu dengan lainnya dan juga saling mempengaruhi, di sinilah sangat pentingnya kordinasi. Struktur organisasi akan berjalan dengan baik sesuai fungsi, peran, dan tugas masing masing jika kordinasi dilakukan dengan tepat, akurat, dan ideal sehingga memungkinkan hasil kerja yang sangat baik dalam mencapai tujuan antara maupun tujuan akhir sebuah program kerja. 

Hubungan Kooperatif:
Struktur yang baik dipastikan mampu mewujudkan hubungan kerjasama anggota di berbagai posisi yang berbeda dalam organisasi sehingga tercipta hubungan yang bermakna, baik vertikal maupun horizontal di berbagai divisi. Struktur organisasi dirancang sedemikian rupa agar dapat mendorong anggota merasa memiliki dan bertanggungjawab untuk melaksanakan pekerjaan masing-masing.

Otoritas-Tanggung Jawab: 
Sebuah organisasi terdiri dari beberapa posisi yang diatur dengan hierarki dalam kewenangan dan tanggung jawab yang jelas. Organisasi yang baik memiliki pusat otoritas yang kuat. Hierarki sangat menentukan garis komunikasi dan pola hubungan dalam sebuah organisasi. Untuk menjaga hal itu berjalan dengan baik mutlak diperlukan penerapan Budaya Organisasi dalam sebuah organisasi apapun. 

Manejerial. 
Efektif atau tidaknya penerapan Budaya Organisasi sangat ditentukan oleh tingkat Ketrampilan Interpersonal tiap anggota atau pekerja dalam membentuk Perilaku Organisasi mereka guna mencapai tujuannya. 

Sampai akhir 1980an, atau persis menjelang lahirnya Generasi Milenial, kurikulum sekolah masih konsisten dan fokus ke ilmu ekonomi, akutansi, keuangan dan teknik teknik kuantitatif. Setelah itu barulah di kurikulum muncul ilmu tentang perilaku manusia dalam kaitannya terhadap manajemen dan sekaligus efektifitas seorang manejer yang dibutuhkan dalam sebuah organisasi. 

Artinya, begitu pentingnya peranan perilaku manusia secara individual maupun kelompok dalam membentuk Perilaku Organisasi yang sangat dibutuhkan oleh ilmu ilmu sebelum Milenial lahir, sampai kepada ilmu ilmu yang berkembang di era Gen Z dan Milenial serta ilmu ilmu yang berkembang setelahnya. 

Stephen P. Robbins&Timothy A.Judge dalam Organizational Behavior menyebutkan seorang manejer perlu mengembangkan ketrampilan interpersonal agar efektif dalam pekerjaan. Perilaku Organisasi menginvestigasi dampak individu, kelompok dan struktur atas perilaku dalam sebuah organisasi, dan menerapkan pengetahuan untuk membuat organisasi bekerja dengan lebih efektif. Secara khusus, Perilaku Organisasi fokus mengenai bagaimana meningkatkan produktifitas, perputaran pekerja, mengurangi absen dan perilaku menyimpang di tempat kerja, dan meningkatkan kepuasan kerja. 

Konsekuensinya seorang manejer harus menahan kecenderungan untuk bergantung pada generalisasi, menggunakan matriks dan variabel situasional dibandingkan firasat untuk menjelaskan hubungan sebab akibat, mengembangkan ketrampilan interpersonal untuk meningkatkan potensi kepemimpinan serta ketrampilan teknis dan konseptual melalui pelatihan serta tetap m memantau tren perilaku organisasi seperti data besar. Perilaku Organisasi dapat meningkatkan kualitas pekerjaan dan produktifitas pekerja, merancang dan menetapkan program perubahan, meningkatkan layanan pelanggan, serta membantu pekerja menyeimbangkan konflik kerja dengan kehidupannya. 

Keragaman. 

Keragaman dalam sebuah organisasi harus dimanfaatkan untuk peningkatan hal tersebut di atas. Patut dicermati tiga variabel keragaman yakni karakteristik biologis, kemampuan dan program keragaman. Manejemen keragaman harus merupakan komitmen berkelanjutan yang merangkum semua level organisasi. Kebijakan untuk meningkatkan iklim keragaman dapat menjadi efektif, sedemikian lama seiring dengan didesainnya mereka untuk mengakui perspektif semua pekerja. 

Manejer wajib memahami kebijakan antidiskriminasi organisasi secara mendalam untuk kemudian mendiskusikannya dengan para pekerja, menilai dan menantang kepercayaan stereotip untuk meningkatkan obkektifitas, melihat secara luas karakteristik biografis dan mempertimbangkan kemampuan individu sebelum membuat keputusan manajemen, mengevaluasi penuh akomodasi apa yang dibutuhkan pekerja penyandang disabilitas dan job ideal bagi kemampuannya, mencari tahu untuk memahami dan menghormati karakteristik biografis yang unik dari para pekerja (pendekatan adil yang individualistis guna menghasilkan kinerja yang baik). 

Kepuasan Kerja. 

Manejer seharusnya tertarik akan sikap pekerjanya karena sikap memberikan peringatan masalah potensial dan mempengaruhi perilaku. Menciptakan angkatan kerja yang puas hampir tidak pernah menjadi jaminan kinerja organisasi yang sukses, tetapi bukti menyatakan dengan kuat bahwa apapun yang dapat dilakukan manejer untuk meningkatkan sikap pekerja akan mungkin menghasilkan efektifitas organisasi yang meningkat sampai pada kepuasan yang tinggi serta saja laba yang besar.

Perhatikanlah tingkat kepuasan kerja para anggota atau pekerja sebagai penentu kinerja, perputaran pekerja, absensi, dan perilaku mereka yang menarik. Ukurlah sikap kerja para pekerja secara objektif dan pada interval yang teratur untuk menentukan bagaimana pekerja beraksi dalam pekerjaannya. 

Kemudian untuk meningkatkan kepuasan kerja, evaluasi kecocokan antara minat kerja pekerja dan bagian interistik pekerjaan yang menantang dan menarik bagi individu. Pertimbangkanlah fakta bahwa gaji yang tinggi saja tidak mungkin menciptakan sebuah lingkungan kerja yang memuaskan. 

Emosi. 

Harus disadari juga bahwa emosi dan suasana hati sama sama bersifat afektif, akan tetapi suasana hati lebih umum dan kurang kontekstual daripada emosi. Peristiwa peristiwa akan mempengaruhi. Peristiwa menekan, masalah sosial, serta pola tidur merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi emosi dan suasana hati dan memiliki implikasi terhadap manejerial dan perilaku organisasi. 

Untuk mendorong pengambilan keputusan efektif, kreatifitas dan motivasi pekerja, modelkan emosi dan suasana hati positif seautentik mungkin, berikan umpan balik positif untuk meningkatkan positivitas pekerja. 

Dalam sektor jasa, doronglah tampilan emosi positif yang membuat pelanggan merasa lebih positif karena itu meningkatkan interaksi layanan pelanggan dan level negosiasi. Aturlah respon emosional intens anda pada suatu peristiwa dengan mengenali legitimisi emosi dan berhati hati untuk mengungkapkannya hanya pada pendengar yang supportif yang tidak terlibat dalam peristiwa itu. 

Berhati hatilah untuk tidak mengabaikan emosi rekan kerja dan pekerja; jangan melihat prilaku orang lain seolah olah itu rasional semuanya. Seperti yang dikataka seorang konsultan: "Anda tidak dapat menceraikan emosi dari tempat kerja karena anda tidak dapat memisahkan emosi dari orang orang".

Manejer yang memahami peran emosi dan suasana hati akan secara signifikan meningkatkan kemampuan mereka untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku rekan kerja dan pekerjanya. 

Nilai Dan Kepribadian.

Para peneliti telah mengintegrasikan beberapa analisis terbaru dari nilai nilai kerja ke dalam kelompok yang mencoba menangkap nilai nilai unik dari kelompok atau generasi berbeda dalam Angkatan kerja di Amerika. Tiap era berkorelasi dengan usia pekerja di mana seseorang mulai bekerja di usia 18 sampai 23 tahun.

Baby Boomers atau Generasi Lonjakan Bayi merupakan sebuah kelompok besar yang dilahirkan setelah Perang Dunia kedua saat pensiunan perang Kembali ke keluarga masing masing dan keadaan pun membaik. Mereka memasuki Angkatan kerja dari pertengahan tahun 1960-an sampai pertengahan 1980-an. Mereka membawa “etika hippie” dan tidak memprrcayai otoritas. Tetapi mereka menrempatkan penekanan kuat pada pencapaian dan kesuksesan material. Para pragmatis yang percaya bahwa hasil akhir menunjukkan seberapa keras mereka berkerja dan ingin menikmati hasil kerja dimaksud. Mereka hanya melihat organisasi yang mempekerjakan mereka hanya kenderaan bagi karir mereka. Nilai Terminal seperti rasa pencapaian dan pengakuan social tinggi kedudukannya bagi mereka.

Generasi X dibentuk oleh Globalisasi, kedua orang tua bekerja dan komputerisasi. Mereka menghargai fleksibelitas, pilihan pilihan hidup, dan pencapaian kepuasan kerja. Keluarga dan hubungan sangat penting. Mereka skeptis terutama soal otoritas. Mereka juga menikmati pekerjaan berorientasi tim. Dalam pencarian keseimbangan hidup mereka kurang bersedia mengorbankan pribadi demi pemberi kerjanya dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka sangat menjunjung tinggi persahabatan sejati, kebahagiaan dan kesenangan.

Generasi Milenial tumbuh di masa masa sejahtera. Mereka memiliki ekspektasi yang tinggi dan mencari arti pekerjaan mereka. Mereka memiliki sasaran hidup yang lebih berorientasi pada kekayaan (81 persen) dan popularitas (51 persen) dibandingkan Generasi X (62 persen dan 29 persen) tetapi mereka juga melihat diri mereka bertanggungjawab secara social. Meneriman keragaman, Generasi Milenial adalah generasi pertama yang meremehkan tehnologi. Lebih dibandingkan genersi lainnya, mereka cenderung membicarakan jaringan elektronik dan kewirausahaan. Pada waktu yang sama beberapa telah menjelaskan Generasi Milenial sebagai generasi bebas dan miskin. Mereka bisa bentrok dengan generasi lainnya karena busana dan komunikasi. Mereka juga menyukai umpan balik. Sebuah survey Ernst&Young menemukan bahwa 85 persen generasi Milenial menginginkan “Umpan balik kinerja yang sering dan jujur”, dibandingkan dengan hanya setengah generasi Baby Boomers.

Nah, 30 tahun lalu organisasi hanya peduli dengan kepribadian karena focus utama mereka adalah mencocokkan individu dengan pekerjaan mereka. Pertimbangan itu telah berkembang dengan mengikut sertakan “seberapa baik kepribadian dan nilai individu itu cocok dengan organisasi. 

Oleh karena para manejer dewasa ini kurang tertarik dengan kemampuan seorang pelamar dalam pekerjaan spesifik dibandingkan dengan fleksibilitas-nya untuk memenuhi situasi yang berubah dan komitmennya pada organisasi.

Kepribadian sangat berarti bagi perilaku organisasi. Teori dan riset yang berkembang mengungkapkan bagaimana kepribadian lebih berarti dalam beberapa situasi dibandingkan dengan lainnya. Lebih jauh lagi setiap sifat memiliki keuntungan dan kelemahan bagi perilaku kerja. Tidak ada konstelasi yang sempurna dari sifat sifat yang ideal untuk setiap situasi. Kepribadian dapat membantu untuk memahami mengapa orang orang bereaksi, bertindak, berpikir dan merasa sebagai mana yang kita lakukan, dan manejer yang cerdas dapat menempatkan pemahaman itu untuk digunakan dengan hati hati menempatkan pekerja dalam situasi yang cocok dengan kepribadiannya.

Pentingnya mengetahui nilai nilai seseorang karena nilai sering mendasari dan menjelaskan sikap,perilaku, dan persepsi. Jadi, pengetahuan tentang system nilai seorang individu dapat memberi pandangan tentang apa yang membuat orang itu “bergerak”.

Manejer lebih mungkin untuk mengapresiasi, mengevaluasi dengan positif, mengalokasikan imbalan pada pekerja yang cocok. Pekerja akan lebih mungkin dipuaskan jika mereks memang cocok. Rencanakanlah untuk mempertimbangkan secara objektif kinerja para pekerja dengan baik. Mengevaluasi pekerjaan para pekerja, kelompok kerja dan organisasinya sangat penting untuk menentukan kepribadian yang optimal.

Perhitungkanlah factor factor situasional pekerja Ketika mengevaluasi sifat sifat kepribadian mereka yang dapat diamati, dan turunkan kekuatan situasi, untuk memastikan karakteristik karakteristik kepribadian yang lebih baik.



Persepsi.



Individu mendasarkan perilakunya tidak pada cara eksternalnya sebenarnya melainkan pada cara pandang atau apa yang mereka percayai. Sebuah pemahaman tentang cara orang membuat keputusan dapat membantu kita menjelaskan dan memprediksi perilaku, tetapi sedikit keputusan penting yang sederhana atau cukup tidak ambigu bagi penerapan asumsi asumsi model rasional. Kita mendapati individu individu yang mencari solusi yang memuaskan daripada yang optimal, menyuntikkan bias dan praduga dalam proses keputusan, dan mengandalkan intuisi. Para manejer seharusnya mendorong kreatifitas dalam pekerja dan tim unttuk menciptakan sebuah rute untuk menginovasi pengambilan keputusan.



Untuk mempengaruhi produktifitas kajilah bagaimana para pekrrja menilai pekerjaan mereka. Petunjuk pada absensi, perputaran kerja atau turnover, dan tingkat kepuasan kerja sebagai indicator persepsi mereka. Diskusikan persepsi mereka mengenai keadilan, kompensasi, dan ukuran ukuran abstrak lain dengan mereka untuk menjelaskan distorsi perseptual mereka.

Sesuaikan pendekatan pengamnilan keputusan pada budaya wilayah domisili organisasi dan pada kriteriayang dihargai organisasi. Jika anda berada pada negara atau wilayah yang tidak menghargai rasionalitas jangan merasa wajib mengikuti model pengambilan keputusan atau untuk mencoba keputusan keputusan anda tampak rasional. Sesuaikn pendekatan anda untuk memastikan kecocokan dengan budaya organisasi. Berhati hatilah dengan bias, lalu cobalah meminimalisasi dampknya. Kombinasikan analisis rasional dengan intuisi. Ini bukanlah pendekatan yang bertententangan untuk pengambilan keputusan. Dengan menggunakan keduanya anda sebenarnya dapat memperbaiki efektifitas pengambilan keputusan.

Jangan bosan untuk meningkatkan kreatifitas karena harus aktif mencari solusi solusi baru atas masalah masalah, cobalah melihat masalah dengan car acara baru, gunakan analogi, dan rekrutlah orang dengan talenta kreatif. Cobalah menghilangkan tantangan kerja dan organisasional yang bisa membatasi kreatifitas kita.

Motivasi.

Kajian mengenai apa yang memotivasi para individu pada akhirnyha merupakan kunci bagi kinerja organisasi. Para pekerja yang perbedaannya dihargai, perasaannya dinilai, dan yang memiliki kesempatan untuk bekerja dalam pekerjaan yang disesuaikan dengan kekuatan dfdan kepentingan mereka akan lebih termotivasi untuk bekerja pada level yang paling tinggi. Partisipasi para pekerja juga dapat meningkatkan produktifitas pekerja, komitmen dan tujuan kerja, motivasi, dan kepuasan pekerjaan.

Para manejer harus menghargai perbeds=aan individu dengan menghabiskan waktu yang ideal untuk memahami apa yang penting bagi masing masing pekerja. Desain pekerjaan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan individu dan memaksimalkan motivasi potensial mereka. 

Menggunakan tujuan dan umpan balik selalu digunakan para manejer dengan cara memberikan kepada para pekerja tujuan yang spesifik, dan mereka memperoleh umpan balik atas seberapa baik nasib mereka dalam mengejar tujuan tujuan tersebut. Memungkinkan bagi para pekerja untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang dapat mempengaruhi mereka. Para pekerja dapat berkontribusi untuk menetapkan tujuan kerja, memilih paket manfaat mereka sendiri, serta memecahkan permasalahan produktifitas dan kualitas. Imbalan harus bergantung kepada kinerja di mana para pekerja harus memandang pada kaitan imbalan dan kinerja dimaksud. Para pekerja juga harus memandang bahwa pengalaman, keahlian, kemampuan, usaha, dan input nyata lainnya menjelaskan perbedaan dalam kinerja dan pembayaran gaji, penugasan pekerjaan, serta imbalan nyata lainnya.

Kelompok. 

Dalam sebuah organisasi tentu dikenal adanya kelompok kelompok sehingga pderilaku organisasi sesungguhnya representasi dari perilaku individu dan perilaku kelompok dalam organisasi bersangkutan. Kelompok dalam organisasi sering juga disebut tim kerja. Beberapa kecenderungan telah mempengaruhi pekerjaan sebanyak Gerakan besar untuk memperkenalkan tim ke dalam tempat bekerja. Pergeseran dari bekerja sendiri sendiri menjadi bekerja dalam tim mensyaratkan para pekerja untuk bekerjasama dengan orang lain, berbagi informasi, menghadapi perbedaan, dan meleburkan kepentingan pribadi untuk kebaikan yang lebih besar bagi tim.

KEPEMIMPINAN memegang bagian penting dalam memahami perilaku kelompok karena biasanya pemimpin yang mengarahkan kita menuju ke tujuan. Dengan mengetahui apa yang menjadikan seorang pemimpin yang baik menjadi sangat berharga dalam meningkatkan kinerja kelompok.

KONFLIK yang selalu diasumsikan banyak orang bisa menurunkan kinerja kelompok dan organisasi tidak selamanya benar. Konflik dapat bersifat destruktif dan konstruktif terhadap fungsi dari kelompok atau tim kerja. Konflik akan destruktif jika masuk ke wilayah ekstrem hingga merusak kinerja. Konflik yang ideal umumnya dapat mencegah stagnasi, menstimulasi kreatifitas,memungkinkan ketegangan untuk dilepaskan, dan melaksanakan benih perubahan tanpa mengganggu atau mencegah kordinasi aktifitas.

Sebagai penutup mari kita garis bawahi bahwa ke depan dunia semakin bergejolak dengan dinamika berbagai bidang sehingga organisasi harus menjadikan PERUBAHAN sebagai syarat mutlak bagi para anggota atau pekerjanya jika mereka melaksanakan pada level kompetitif. Daya saing harus terus menerus ditingkatkan agar organisasi senantiasa mencapai tujuan tujuan cemerlang.*

Nurkarim Nehe.

*Stephen P.Robbins&Timothy A.Judge,Organizational Behavior