Panwaslu LN Kota Kinabalu Malaysia Siap Hadapi Kendala Apapun
Panwaslu Luar Negeri di Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia Istiqlal dan staff saat konprensi pers di Dewan Budaya Konsulat Jenderal RI Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia, Minggu (14/4).
Panitia Pengawas Pemilu Luar Negeri Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia siap menghadapi kendala apapun guna mensukseskan tahapan Pemilu sejak awal sampai selesai perhitungan suara.
Panitia Pengawas Pemilu Luar Negeri (Panwaslu LN) Istiqlal didampingi staff Imanuddin Siregar SH dan Syafruddin Batubara di Kota Kinabalu menyatakan hal itu dalam Konfrensi Pers Minggu (14/11) di Dewan Budaya Konjen RI Kota Kinabalu.
Panwaslu LN Kota Kinabalu menjelaskan proses pengawasan dilaksanakan dari mulai tahapan pertama hingga sampai proses perhitungan nantinya.
Dikatakan kendala geografis di negeri ini juga menjadi alasan Panwaslu LN sedikit mengalami kesulitan di tahapan Kotak Suara Keliling (KSK) beberapa hari lalu.
Kesulitan dalam mengawasi setiap tempat pemungutan suara di perusahaan perkebunan tempat WNI bekerja di Negeri Sabah, Malaysia disebabkan banyaknya faktor.
Selain itu, kendala kedua adalah sulitnya jaringan komunikasi pada TPS/KSK tertentu yang jauh di perkotaan sehingga komunikasi dengan pengawas pembantu.
Ia mengakui, sebagian besar di lokasi KSK tidak ada sinyal telepon maka satu-satunya jalan yang harus dilakukan dengan mendatangi lokasi pemungutan suara yang dapat terjangkau.
Kendala ketiga adalah kurangnya tenaga pengawas pembantu disebabkan ketatnya persyaratan yang ditentukan oleh Bawaslu RI.
Istiqlal mengungkapkan, Bawaslu RI menetapkan syarat pendidikan bagi pengawas pembantu minimal berijazah SMA atau sederajat. Sementara sebagian besar WNI yang bekerja di Negeri Sabah hanya tamat SMP atau sederajat.
Kemudian, masa perekrutan sangat terlambat dari Bawaslu RI. "Bulan Maret 2019 baru dilakukan perekrutan makanya sangat sulit mendapatkan tenaga pengawas pembantu di TPS/KSK di ladang-ladang," ungkap dia.
Lalu kendala lain yang ditemukan di lapangan adalah kurangnya sosialisasi Pemilu 2019 sehingga banyak WNI yang tidak paham tata cara pencoblosan.
Sebab, kata dia, baru pemilu serentak 2019 ini dilakukan secara masif dengan mendirikan TPS/KSK pada 252 titik di seluruh wilayah.
Untuk TPSLN yang sedang melakukan Proses pemungutan hari ini Minggu (14/11) beliau menambahkan 19 TPSLN dihadiri satu orang pengawas dan tujuh pengawas TPSLN berada di TPSLN Sekolah Indonesia Kota Kinabalu.(RR)
Panwaslu Luar Negeri di Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia Istiqlal dan staff saat konprensi pers di Dewan Budaya Konsulat Jenderal RI Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia, Minggu (14/4).
Panitia Pengawas Pemilu Luar Negeri Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia siap menghadapi kendala apapun guna mensukseskan tahapan Pemilu sejak awal sampai selesai perhitungan suara.
Panitia Pengawas Pemilu Luar Negeri (Panwaslu LN) Istiqlal didampingi staff Imanuddin Siregar SH dan Syafruddin Batubara di Kota Kinabalu menyatakan hal itu dalam Konfrensi Pers Minggu (14/11) di Dewan Budaya Konjen RI Kota Kinabalu.
Panwaslu LN Kota Kinabalu menjelaskan proses pengawasan dilaksanakan dari mulai tahapan pertama hingga sampai proses perhitungan nantinya.
Dikatakan kendala geografis di negeri ini juga menjadi alasan Panwaslu LN sedikit mengalami kesulitan di tahapan Kotak Suara Keliling (KSK) beberapa hari lalu.
Kesulitan dalam mengawasi setiap tempat pemungutan suara di perusahaan perkebunan tempat WNI bekerja di Negeri Sabah, Malaysia disebabkan banyaknya faktor.
Selain itu, kendala kedua adalah sulitnya jaringan komunikasi pada TPS/KSK tertentu yang jauh di perkotaan sehingga komunikasi dengan pengawas pembantu.
Ia mengakui, sebagian besar di lokasi KSK tidak ada sinyal telepon maka satu-satunya jalan yang harus dilakukan dengan mendatangi lokasi pemungutan suara yang dapat terjangkau.
Kendala ketiga adalah kurangnya tenaga pengawas pembantu disebabkan ketatnya persyaratan yang ditentukan oleh Bawaslu RI.
Istiqlal mengungkapkan, Bawaslu RI menetapkan syarat pendidikan bagi pengawas pembantu minimal berijazah SMA atau sederajat. Sementara sebagian besar WNI yang bekerja di Negeri Sabah hanya tamat SMP atau sederajat.
Kemudian, masa perekrutan sangat terlambat dari Bawaslu RI. "Bulan Maret 2019 baru dilakukan perekrutan makanya sangat sulit mendapatkan tenaga pengawas pembantu di TPS/KSK di ladang-ladang," ungkap dia.
Lalu kendala lain yang ditemukan di lapangan adalah kurangnya sosialisasi Pemilu 2019 sehingga banyak WNI yang tidak paham tata cara pencoblosan.
Sebab, kata dia, baru pemilu serentak 2019 ini dilakukan secara masif dengan mendirikan TPS/KSK pada 252 titik di seluruh wilayah.
Untuk TPSLN yang sedang melakukan Proses pemungutan hari ini Minggu (14/11) beliau menambahkan 19 TPSLN dihadiri satu orang pengawas dan tujuh pengawas TPSLN berada di TPSLN Sekolah Indonesia Kota Kinabalu.(RR)