Remaja Dan Kita

Remaja Dan Kita

Remaja Dan Kita


Kata orang bijak.... Bergaul dengan remaja itu harus bisa menjadi temannya... Sahabat... Tempat berbagi cerita... Tempat curhat.

Tapi yang aku rasa... Menjadi sahabat mereka tak harus seperti mereka.... Dan ga juga haruskan mereka seperti kita orang2 yg sudah lebih dahulu dewasanya.

Remaja dlm pandangan pakar :
- butuh pemilikan identitas (Papalia and Feldman, 2010)
Siapa yang melekatkan identitas itu? Tentu saja lingkungan.
- identitas diri akan berhasil jika remaja itu berhasil menetapkan pilihan karir, mengembangkan dan menajamkan tujuan akhir (Eccles, 2003)

Okay yuuuk kita liat dunia remaja khususnya yang mereka alami di sekolah.
Pada tahun 2009, hasil survey dari lebih 42 ribu siswa SMA, 66% nya jenuh di sekolah.

Mungkin karena selain di sekolah aku seorang Math teacher di SAI Bless (Sekolah alam Indonesia - Business and Leadership School), jenjang SMA nya sekolah alam Indonesia, aku juga berkecimpung di dunia Bimbel khusus untuk kelas 9 sampai 12...membuat aku lebih sering bersama para remaja dan berkesempatan mengamati pengalaman mereka di dunia sekolah.

Dulu rasanya menjadi remaja itu... adalah saat-saat yang sangat indah. Ga mikir beban kehidupan... Hidup dijalani dan dinikmati saja.

Tapi yang aku liat sekarang, remaja kog gampang bete... gampang jenuh... dan itu terjadi di semua kalangan. Baik remaja yang semua kebutuhannya terpenuhi maupun yang harus paham kondisi kenangan orangtua.

Timbul pertanyaan, apa sihh yang bikin mereka jenuh?? Kali ini kita batasi "jenuh di sekolah"

Ada yang bilang....
- Pelajarannya ga menarik, kebanyakan materi tapi ga nempel
- tugas ga menantang. Gitu-gitu aja...paling2 begini... dan begitu...
- tingkat kesulitan tugas terlalu tinggi. Udah gitu....ga dinilai pula
- rendahnya interaksi murid dan guru.

Ini kira-kira jawaban dari hasil survey tahun 2009 itu.

Apa sekarang "jenuh"nya sudah sembuh?
Belum.... Masih ada juga...
'
Yukk kita perhatikan mereka yang jenuh dengan sekolah. Bukan berarti mengabaikan yang cerdas tanpa masalah. Yang begini....tanpa kita berusaha memperhatikan pun mereka pasti terlihat karena prestasinya....
Bukan zamannya mengabaikan yang "jenuh"....bukan zamannya berinteraksi dengan mereka saat mereka harus dihukum....

Coba sama-sama kita renungkan.... Kalau sekolah dipandang negatif... Ini bisa saja mendorong siswa mengeluarkan usaha untuk menuntut ilmu yang seminimal-minimalnya atau bahkan suka membolos....
Sebagai pendidik, ini sebenarnya bukan cuma kerugian bagi siswa yang ga dapat ilmu bermanfaat tapi juga kita yang menyampaikan ilmu tapi tidak sampai pada sasaran.

Mudah-mudahan sharing ini bisa bermanfaat bagi kita para pendidik bahkan mungkin untuk orang tua yang membaca.

Sering terjadi faktor kejenuhan itu antara lain :
- pola asuh orang tua, juga pola interaksi guru dan sekolah
- pengaruh negatif teman sebaya
- motivasi dan tujuan yang tidak jelas
- materi pelajaran yang kurang menarik dan tidak ada interaksi dengan guru
- rendahnya students engagement (kedekatan dengan orang lain) , untuk hal ini mungkinkah selama ini sebagai pendidik kita sudah memandu untuk melakukan engagement atau cuma berusaha sekedarnya?

Zaman kita dulu yang tidak ada gadgets mungkin pendidik dan orang tua ga harus memandu mereka tuk berinteraksi sesamanya juga dengan yang lebih tua dan lebih muda.

Zaman now, remaja bahkan lebih akrab dengan gadgets nya dibanding teman sebangku... Lebih mengasikkan curhat di medsos dibanding diskusi dengan orang tua....

Kerja keras? Mungkin sebagian ada yang merasa begitu.... Tapi ini tanggung jawab kita juga lhoo .... Jangan sampai kita ikutan sampaikan pesan kebaikan ke siswa via WAG atau akun2 lain.
Mereka pun butuh kita hadir sebagai sosok tempat bertanya dan berbagi.

Indikator rendahnya engagement itu gampang dilihat... Cenderung bolos... Skorsing....

Bentuk engagement (kedekatan dengan orang lain) yaitu proaktif, siap berperilaku lebih baik. Ini harus kita ajarkan dan beri contoh dari diri kita juga.

Yang terakhir, dari faktor penyebab kejenuhan remaja di dunia pendidikan, kira-kira mana yang berpeluang besar untuk dirubah?
- Materi yang kurang menarik kah?
Hal menarik adalah menyampaikan apa yang memang menjadi kebutuhan masa depan... Bukan menjejali dengan semua yang kita tau agar mereka expert untuk semua hal.
- Tugas tidak menantang?

Di sinilah dibutuhkan kebesaran hati kita sebagai pendidik untuk lebih banyak belajar... Membaca.... Apa sihh yang lagi in saat ini... Tugas bisa disesuaikan dengan zamannya biar lebih menantang.
- Tingkat kesulitan tugas terlalu tinggi?

Mungkin bisa kita berikan tugas sesuai kemampuan masing-masing.... Biar setiap siswa merasakan keberhasilan dari apa yang mereka kerjakan. Tidak hanya puas dengan menyontek krn salah kita juga kenapa ga kenal kemampuan siswa kita. Lalu kita berikan tugas yang sama untuk semua.
- pola interaksi dengan guru di sekolah?
Kita ini pendidik.... Gimana bisa mendidik jika kita tidak hadirkan jiwa dan raga diantara mereka.
- pola asuh orang tua?
Jika gurunya aja harus ada untuk mereka.... Apalagi orang tua.
- pengaruh negatif teman sebaya?

Kenapa agama menyuruh kita memilih teman yang baik? Karena pengaruh teman bagi remaja itu sangat besar. Bisa kah mereka lakukan ini sendiri? Tetap butuh keberadaan kita selalu orang tua dan pendidik untuk mengarahkan dan mengawasi tanpa mengekang.
- students engagement?

Untuk anak Zaman Now... Generasi Gadgets.... Kita harus bisa berperan aktif membimbing mereka untuk mampu berinteraksi yang baik dengan sesama.

Catatan pentingnya....
Kita harus mampu berperasangka baik pada remaja, jangan disalahkan melulu. Bisa jadi salahnya mereka juga karena salah kita menyikapi.
Potensi baik (fitnah manusia) akan terpelihara sepanjang hayat.
Yuk kita kembalikan anak2 kita...remaja2 kita pada fitrahnya.


Jakarta 7 Januari 2018
DIANA BHAKTI SIREGAR
Math Teacher at SAI-Bless