Sekolah Rahmatan Lil Alaamiin

Sekolah Rahmatan Lil Alaamiin

Sekolah Rahmatan Lil Alaamiin

Walt Disney, siapa yang tidak kenal? Walter Elias Disney, seorang pria sukses asal Amerika pernah berkata: "If you can dream it, you can build it (Jika kamu bisa memimpikannya, kamu bisa membangunnya). 
Tahun 2020, tepatnya di masa pandemi yang begitu meresahkan, banyak hal yang tak mudah untuk dilakukan akibat begitu banyak pembatasan. Di kesempatan itulah Diana Bakti Siregar, seorang penulis, Praktisi Talents Mapping dan Founder Sekolah Alam Satu Langit (Salam Satu langit), menuliskan sebuah buku berjudul SEKOLAH IMPIAN. 
 
Sebenarnya niat awal menulis buku itu adalah menjawab keresahan yang banyak terjadi di dunia pendidikan. Beban kurikulum yang meski dikurangi tetap saja tak mudah mencapai target, kesulitan para guru dalam mempersiapkan pembelajaran yang terpakasa dilaksanakan secara daring, belum lagi gangguan signal yang tak kalah meresahkan. Hingga jika saat itu yang sangat dicari adalah solusi agar daring tak bikin darting, itulah solusi yang sangat dirindukan.


Saat seminar Sekolah Rahmatan Lil’alamin di Mesjid Jami’ Al Barkah Pancawati Klaris, Karawang.
Dari kiri ke kanan : Wildan Ningrum, Diana bakti Siregar, H. Nana Rusmana dan Drs. A. Hendra Sudjana, M. Ed

Ide-ide yang dikumpulkannya dari para ahli, orang-orang berpengalaman dan guru-guru itu dituangkannya dalam buku berjudul SEKOLAH IMPIAN tadi. 

Lalu, akankah SEKOLAH IMPIAN itu tetap menjadi impian tanpa kenyataan? 
Kalau hanya mengikuti akal manusia saja, hampir tak masuk akal rasanya bisa memiliki sekolah ideal dengan kurikulum yang sesuai untuk segala zaman dan terjangkau oleh semua tingkat ekonomi, dengan suasana dan tempat belajar yang nyaman bagi siswa dan alam sekitarnya, tanpa memiliki dana yang cukup besar. Karena dalam hitungan manusia, biaya untuk mewujudkannya itu tidak sedikit, belum lagi untuk urusan perizinannya yang harus melalui jalan yang panjang.

Memang saat ini Diana sudah membuat sebuah sekolah alam yang bisa diakses semua kalangan yang ia namakan Salam Satu Langit, namun untuk dikatakan ideal, masih sangat jauh. Bukan karena kurikulumnya, karena yang saat ini bersekolah di sana adalah anak-anak jalanan yang diambil dari anak-anak putus sekolah di usia SMP, anak-anak pemukiman kumuh di dekat stasiun Citayam, maka sampai saat ini mereka belum memiliki gedung sekolah, bahkan kontrakan untuk tempat belajar pun tak punya. 


Lahan Sekolah Mutiara Alam yang sedang dibangun

Namun Allah punya cara tersendiri untuk menjadikan yang kita rasakan tak mungkin itu menjadi mungkin.
Singkat cerita salah seorang pembaca buku SEKOLAH IMPIAN tersebut, Wildan Ningrum, Kepala Sekolah TK Islam Mutiara di Karawang, tertarik dengan konsep sekolah rahmatn li ‘alamin, demikian beliau menamakan Sekolah Impian yang ditulis oleh Diana. 

Bagai botol bertemu tutupnya, Diana Bakti Siregar dengan cita-cita membangun sekolah yang bisa diakses semua kalangan, bahkan sampai anak jalanan dan Wildan Ningrum, perempuan yang kerap membuat karya nyata, yang salah satunya diangkat di SEAMEO CECCEP (SEAMEO Regional Centre for Early Childhood Care Education and Parenting) dan sering mendapat kesempatan menjadi narasumber baik untuk PTK maupun orang tua tersebut pun tak perlu melewati proses yang panjang, akhirnya diputuskanlah untuk mendirikan Sekolah Dasar di daerah Kampung Kawali, Desa Pancawati, Kecamatan Klari, Karawang yang mereka beri nama Sekolah Mutiara Alam Wildan.

Sekolah ini adalah pertemuan antara dua perempuan dengan mimpi yang sama, untuk membangun peradaban masa yang akan datang lewat sekolah yang bisa menembus batas ekonomi. Agar sekolah alam yang selama ini dipandang hanya bisa dinikmati kalangan menengah ke atas, kini tak bisa dinikmati siapa seua kalangan, yang mereka sebut-sebut sebagai sekolah dengan harga kaki lima, kualitas bintang 5. 

“Adalah mimpi di siang bolong, kalau kita menyebut bahwa kita ingin membangun peradaban yang lebih baik di masa yang akan datang jika ilmu-ilmu terbaik itu hanya kita berikan untuk anak-anak menengah ke atas dan kita tak sertakan kalangan tak mampu untuk mendapat hak ilmu yang sama. Ilmu itu datangnya dari Allah, dan Allah tak minta royalty atas ilmu yang Ia miliki, kenapa kita harus batasi ilmu itu untuk kalangan tertentu?” tutur Diana.


Diana bakti Siregar dan Wildan Ningrum

Maka sekolah ini didesain dengan bayaran fleksibel sesuai dengan isi kantong para orang tua. Mengedepankan unsur rahmatan lil ‘alamin. Yang kurang mampu tak dibuat minder karena mereka tetap akan dibina dan diberdayakan, sementara ada unsur berbagi untuk orang tua yang mempunyai kemampuan lebih. 

Jadi, jika ada yang mengatakan bahwa sekolah alam itu pasti mahal, maka Sekolah Mutiara Alam ini menepis anggapan itu. 

Dan untuk kualitas? Siapa sih yang menyangkal bahwa sekolah alam itu adalah sekolah yang berkualitas baik? Khas sekolah Alam adalah pendidikan yang terdiri dari 4 pilar yaitu : akhlak, logika, kepemimpinan dan bisnis. Dan sudah teruji lebih dari 20 tahun. 
Kini, Sekolah Impian itu tak hanya sekedar mimpi, bahkan sudah menjadi kenyataan.

Dan saat sosialisasi yang diadakan tanggal 8 Februari 2023 di Masjid Jami’ Al Barkah, di Klaris, Karawang yang dihadiri Bapak Drs. A. Hendra Sudjana, M. Ed, seorang purna Widyaprada Ahli Madya/Kasubdit Kemitraan Direktorat Pembinaan Keluarga Ditjen PAUD Kemendikbud itu, lebih dari 45 calon siswa pun mulai merapat, namun untuk tahun ajaran baru ini Sekolah Mutiara Alam hanya membatasi dengan 45 siswa saja yang akan disebar di 3 rombongan belajar. 

Pendukung lain juga didapatkan dari Hj.Atin Supriatin, M.Pd, Penilik Bina PAUD dan Dikmas, kabupaten Karawang, Rusiarini, M.Pd, Penilik PAUD kecamatan Klari juga dari H. Nana Rusmana, tokoh masyarakat dan ketua DKM Mesjid Jami Al Barkah, kampung Kawali kecamatan Klari-Karawang, tempat di mana sosialisasi Sekolah Mutiara Alam itu diadakan.

Mereka sangat antusias bahwa sekolah ini akan menjadi sekolah alternative yang sangat diminati oleh masyarakat modern ini. 

SD Mutiara Alam Wildan
Bogor, 10 Februari 2023